Skip to main content

Saya Ngeblog

Beberapa hari terakhir ini saya kembali jatuh cinta sama dunia dunia blog. Hal ini terjadi karena kebosanan saya akan dunia facebook semakin berakumulasi. Siang ini saya iseng mencari-cari blog saya yang sudah tidak terurus lagi. Ada tiga yang saya dapatkan, dan memang kelihatannya mereka sangat memelas meminta cinta kasih dari saya sebagai pemilik akun. Memang saya pernah membuat lebih dari satu akun. Terdaftar di domain penyedia blog: blogspot dan wordpress. Kalau ada yang tanya kenapa repot-repot buat blog seperti itu, hmmmmmm.. maaf saya tidak punya alasan mendasar. Hanya sekedar membuat tempat penampungan tulisan-tulisan untuk mengekspresikan emosi atau menularkan isi kepala kedalam urutan aksara. 

Ini salah satu blog saya yang sudah tidak terurus lagi (misakada). Hanya memuat beberapa tulisan, setelah itu pemiliknya 'menghilang'. Hahahhahahaha...... Selain itu, ada dua blog yang sengaja saya matikan karena memang sama sekali sudah tidak terurus lagi. Daripada menjadi sampah digital di dunia maya dan di situ juga ada informasi penting saya seperti alamat email dan deskripsi pribadi, lebih baik dihapuskan saja sekaligus menjaga keamanan informasi diri.

Kini yang serius digarap adalah blog ini (Tora Bastem). Blog lain jika masih sempat memberikan sentuhan dan layak diperkenalkan, pasti akan saya perkenalkan kepada teman-teman. Khususnya kepada rekan-rekan blogger Salatiga yang saya kenal. Mereka terkumpul di sini, sebuah grup yang dibuat oleh James

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op