Skip to main content

Apresiasi Untuk Tim Sepak Bola FSM

Siang tadi adalah perhelatan final pertandingan sepak bola POM UKSW. Dua tim yang bertemu adalah tim Fakultas Teknologi Informasi (FTI) dan tim dari Fakultas Sains dan Matematika (FSM). Ada yang menarik pada pertandingan kali ini. Kedua tim yang bertemu di final ini juga pernah bertemu di final pada POM UKSW tahun lalu. Karena teman-teman FSM yang main maka saya usahakan untuk datang memberi dukungan kepada mereka. Saya datang terlambat karena sebelumnya makan siang dulu di Food Court Diponegoro bersama James, Dian dan Debora. Setelah makan, baru saya dan James meluncur ke kampus UKSW menyaksikan pertandingan bola. Posisi kami di sudut lapangan dekat pohon beringin. Hanya beberapa meter dari posisi saya menonton pertandingan final sepak bola tahun lalu. Kemiripan petama dengan pertandingan tahun lalu, saya menonon dari sudut lapangan. 

Pertandingan final sepak bola siang tadi diguyur hujan, walaupun tidak terlalu deras. Tahun lalu juga demikian, diguyur hujan. Kemiripan kedua dengan pertandingan tahun lalu.

Setelah pertandingan dilangsungkan dua babak, hasilnya seri. Skor tadi adalah (1-1), kedua tim sama kuat. Ini juga menjadi kemiripan ketiga dari pertandingan tahun lalu,  hasil seri. 

Akhirnya untuk mencari tim yang terbaik maka dilakukan adu pinalti. Skor (4-2) untuk tim FTI menjadi penanda adu finalti siang tadi. Tim FTI kembali mengungguli tim FSM. Hal itu juga menjadi kemiripan keempat dengan pertandingan tahun lalu dimana tim FTI keluar sebagai pemenang POM untuk cabang sepak bola.

Tim sepak bola FSM (sumber : facebook Eka Susatya)
Bagaimanapun juga, saya tetap memberikan apresiasi kepada rekan-rekan FSM yang telah berjuang. Pengembangan bakat dan kreativitas tidak dapat dibatasi oleh skor pertandingan pada POM. Kesempatan selalu ada untuk terus-menerus mengembangkan bakat dan kretivitas. Perhelatan pertandingan dalam POM bukan menjadi ajang adu ego fakultas semata, tetapi menjadi ajang untuk melihat pemain-pemain berbakat. Ajang untuk melihat tim-tim solid dan melakukan kerja sama yang baik dalam tim. Ajang untuk semakin memupuk kebersamaan dalam lingkungan kampus seperti slogan piala dunia tahun 2006, "time to make friends". Kedepan masih ada kesempatan untuk unjuk bakat dan kreativitas. Data pertemuan dengan rekan-rekan FTI hanyalah data statis. Dinamika dalam setiap pertandingan dapat berubah. 

Tak lupa saya mengucapkan salamat kepada kemenangan tim FTI. 

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op