Skip to main content

Tasted the warm day in Surabaya

Fortunately, i am free for all days this week. It’s time to go somewhere for vacation. Mindlessly, i called my grand-aunt in Surabaya and telled her that i would go to Surabaya for several days. Fortunately, there’s one thing i would have to take place there. Hmmmmm... by the way, all things are fortunately here... hehhehehe.. :D

But there’s one fool mistake on my  ticket. I ordered Rachmalia Indah’s ticket. While ordering ticket, i didn’t know because of my mistake by saying depart time or because of the official employee’s mistake write information on ticket, so according to my ticket i have to leave on Tuesday night at 8 PM. Whereas  i properly constructed to arrive in Surabaya on Tuesday (19/04/2011), so i have to leave on Monday night (18/04/2011). Unhappily, i didn’t crosschec the information on ticket that was given to me. Monday night, i closed mossy for waiting travel car to picked up me. After waiting more than a hour, than i crosscheced the information on ticket. “damn...! this is wrong information”, than i called some peoples that must be called. Because those condition, my departure time to Surabaya is changed by Tuesday according to my ticket information. “Never mind, just turn for one day”.

Ilusration. sodahead.com
Seems my instinct was working well, i waited the travel car very relax on Tuesday night (19/04/2011). I was told that i would be picked up at 8 PM. At 8 PM, i was being at Sako restaurant, but actually i would be picked up that time. I had dinner there with Krisma. I enjoyed my dinner so relax. She got afraid instead toword my departure time. “Harry up!, you would miss the car”, she told me. After had dinner, we went to my rent room and board. Correctly, my instinct working well, i was picked up at 9 PM.

I was wellcomed by warm wether in Surabaya. Only two days i stayed there, but warm wether felt burning. The wether so different with Kota Salatiga with it’s cool wether. For  long time, i don’t familiar with warm wether so my vacation to Surabaya was unpleasant. That was just Surabaya, i have not feeled how warm in Makassar or Jakarta. “ Hmmmm... i must accustom my self there”, not only in Salatiga.

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op