Skip to main content

Bangun Opini Melalui Koran

Opini. sumber :  media.kompasiana.com
Jauh merenung ke masa lalu sebelum momen proklamasi kemerdekaan RI, partisipasi pemuda dalam kerangka menyatukan gerakan-gerakan perlawanan terhadap penjajah sangat terlihat dengan jelas. Semangat yang berkobar dalam nurani para pemuda ketika menyuarakan Sumpah Pemuda mampu menginspirasi generasi-generasi berikutnya dalam merajut gerakan kebangsaan. Partisipasi pemuda sebaga penanda lahirnya Republik Indonesia secara eksplisit terlihat dalam momentum proklamasi. Pemuda dalam memperjuangkan idealismenya terkadang dipandang sedang melakukan gerakan ekstrim dan radikal, akan tetapi jauh dalam hati nuraninya terpatri suatu tujuan mulia demi keberlangsungan bangsanya.

Semasa kekuasaan rezim Orde Baru, pemerintah secara sengaja melakukan propaganda sistematis kepada rakyatnya melalui media yang telah dikontrol sedemikian rupa. Tentunya informasi yang dikonsumsi rakyat adalah semua hal baik yang telah dilakukan pemerintah. Fakta secara proporsianal tidak disajikan kepada publik. Fungsi media sebagai salah satu pilar demokrasi dalam melakukan kontrol  publik/sosial kepada penguasa ditumpulkan oleh penguasa itu sendiri. Ini adalah pemandangan ironis dalam konteks perwujudan good governance

Mahasiswa adalah pemilik intelektual yang siap melakukan gerakan moral, suatu gerakan yang berbasis pada hati nurani dan idealisme. Mahasiswa kerap secara lantang bersuara mengingatkan penguasa yang tidur, malas, seronok dan tidak manusiawi memerintah. Jika penguasa mulai memble menjalankan tugasnya, jangan marah jika ada sekumpulan mahasiswa turun ke jalan mengangkat spanduk, bendera, panflet dan toa. Itu semua adalah kontekstualisasi mahasiswa memerankan fungsinya sebagai kekuatan politik independen berbasis moral.

Pasca gerakan reformasi, kita memasuki era keterbukaan informasi yang juga didukung kebebasan berekspresi. Kini terlihat media massa tak lagi bekerja di bawah bayang-bayang pemberangusan. Di sini yang menjadi kunci adalah pemuatan fakta berimbang di media sesuai dengan etika jurnalisme. Ketika pers menjalankan fungsinya secara objektif, pada saat itu kelompok pengusa dapat menjalankan sistem pemerintahan partisipatif dan akuntabel dan di satu sisi media dapat melakukan kontrol publik pada gerak-gerik penguasa.

Hingga saat ini kekuatan mahasiswa tidak pernah surut. Sepanjang mahasiswa memahami eksistensinya secara esensial, gerakan-gerakan moral tak akan pernah berhenti. Konstelasi-konstelasi mahasiswa masih kuat. Era kebebasan bereskpresi menjadi salah satu peluang bagi mahasiswa untuk menyatakan pendapatnya. Koran-koran lokal dan nasional juga memberi peluang bagi pembaca untuk menyampaikan opini, bahkan ada yang khusus menyediakan ruang bagi mahasiswa untuk bersuara. Ini adalah peluang yang cukup baik bagi mahasiswa untuk terus memberikan atensi kepada tulinya penguasa.

Koran adalah media yang ampuh untuk menumbuhkan dan memainkan nalar publik. Di sinilah mahasiswa ditantang untuk semakin kreatif bersuara sesuai dengan idealismenya. Koran masih menjadi konsumsi masyarakat umum. Opini-opini berkualitas yang termuat di koran dapat menjadi inspirasi/pemicu kepada masyarakat untuk membangkitkan kesadarannya. mahasiswa hanya sekumpulan kecil jika dibandingkan dengan jumlah masyarakat, tapi ini bukan jadi penghalang bagi mahasiswa untuk terus memberi inspirasi. Saatnya untuk menjadi minoritas yang berdaya cipta, minoritas yang mampu menggerakkan masyarakat luas. Menyampaikan opini melalui koran menjadi warna tersendiri bagi gerakan mahasiswa.

Menyampaikan argumentasi melalui koran bukan barang mudah. Tak jarang media menolak memuat tulisan dengan alasan kurang tajam, kurang analitis atau terlalu sensitif. Pada kondisi ini sangatlah dibutuhkan keuletan dari seorang mahasiswa untuk terus menerus mengasah ketajaman opini dalam bentuk tulisan.

Kedepan, kehadiran mahasiswa dalam rangka memberi stimulan penyadaran publik masih sangat dibutuhkan. Penyampaian opini melalui koran adalah peluang bagi mahasiswa untuk menyatakan perannya. Mari mengambil peran ini dan terus menyampaikan opini dalam lingkup Indonesia yang sedang membangun serta meberi arah bagi perkembangan masyarakat bangsa.

Kota mungil Salatiga, 19 April 2011

Comments

  1. mahasiswa, masa depan bangsa :D
    nice post

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah berkunjung Orangekusuka...

    Yah, semoga mahasiswa tetap menunjukkan eksistensinya kedepan dalam mengisi pembangunan..

    salam kenal..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op