Perjalanan darat yang cukup lama
saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau
sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut
bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati
pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan
tersebut.
Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan
menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota
Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan
atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat
Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur
darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo
ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun,
dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan
longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Operasi Tinombala masih gencar
dilakukan, Jalur Poso-Palu dilakukan system buka-tutup untuk pemeriksaan
penumpang yang dilakukan oleh pihak militer. Saat kami melalui jalur tersebut, tidak
ada lagi pemeriksaan militer di jalan raya, hanya saja dilakukan buka-tutup
karena ada proses Pengerjaan jalan di daerah Kebun Kopi. Di Daerah tersebut
longsor pada saat hujan, sehingga di sana selalu disiapkan alat berat untuk
mengeruk timbunan tanah di atas aspal. Tutup jalur untuk pembersihan longsor dilakukan
pada pukul 11.00 – 14.00 WITA. Pada jam tersebut kendaraan tidak diperbolehkan
lewat.
Estimasi waktu perjalanan melalui
Jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu yang akan saya lalui yakni 5 jam dengan
kendaraan mobil. Jarak yang akan kami tempuh sekitar 210 Km, dengan estimasi
waktu tersebut berarti kami paling tidak harus jalan dengan kecepatan rata-rata
42.4 Km/Jam. Kami menggunakan kendaraan sewaan/carter, harga yang kami bayar
adalah Rp.1.700.000. Mobil ini cukup mahal karena jenisnya SUV Toyota Fortuner,
kami berempat, berarti per kepala kami membayar Rp.425.000. Harga akan lebih
murah jika menyewa kendaraan sejenis MPV. Selain dengan mobil sewaan, alat
transportasi yang bisa digunakan dari Poso ke Palu adalah mini bus dengan tarif
yang lebih murah mulai Rp.120.000 per orang.
Kami memulai perjalanan pada
pukul 08.15 WITA, kami perlahan meninggalkan Poso menuju ke arah Barat Laut.
Jalanan aspal yang kami lalui mulus, jarang ada lubang yang mengganggu,
sehingga jalan Trans Sulawesi ini dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan
bermotor. Jalur Trans Sulawesi sangat banyak keloknya, saya teringat jalur
Palopo-Toraja, seperti itulah karakteristik belokannya.
Sepanjang perjalanan, sawah
merupakan suguhan pemanganan yang dominan. Sesekali kita melewati kebun sawit,
kebun coklat, Kebun Jagung serta tanaman durian. Saya perhatikan sawah yang
dilalui tersebut telah dikelola dengan teknologi pertanian seperti irigasi,
pola tanam higga penggunaan mesin panen. Perjalanan terus kami lanjutkan
menyusuri pegunungan serta menembus kabut.
"Tuhanlah yang empunya semesta". ini adalah salah satu pemandangan sawah jalur Trans Sulawesi. Lokasi Parigi Moutong. dok pribadi |
Jalur Poso-Palu banyak didiami
oleh suku Bali. Hal ini terlihat dari model bagunan luar dari rumah-rumah
penduduk, bahkan ada beberapa tempat persembahyangan umat Hindu di pinggir
Jalan. Sawah-sawah yang dilalui jalur Trans Sulawesi juga dipasangkan ornament Hindu.
Sopir yang mengantar kami berujar bahwa masyarakat Bali tersebut adalah para
transmigran dari Pulau Dewata (Bali). Menurut beliau, transmigran Bali tersebut
mulai mendiami daerah jalur Poso-Palu mulai pada tahun 1974. Kebetulan sopir
kami adalah saksi sejarah perintisan jalur darat dari Poso-Palu, sehingga pengalaman
sejarahnya sudah banyak.
Daerah longsor di Kebun Kopi. dok pribadi |
Setelah melalui area longsor di
daerah Kebun Kopi, sisa perjalanan menuju Poso sudah lancar. Aspal masih mulus
dan kendaraan melaju lancar. Kami mulai memasuki area Palu pada puku 12.00
WIta, dan tiba di tujuan tepat pukul 12.30 WITA.
Banyak daerah yang rawan lonsor ya
ReplyDelete