Skip to main content

Parende, menu kuliner wajib di Kota Baubau

Kota Baubau berada di pulau Buton Sulawesi Tenggara. Kota Baubau sangat kaya akan keragaman budaya, bahasa dan juga dari sisi historisnya. Pulau Buton tak terpisahkan dari eksistensi Kesultanan Buton yang salah satu peninggalannya berupa benteng terluas di dunia yakni benteng Keraton Buton (MURI dan Guiness Book Record tahun 2006).


Untuk masalah kuliner, masyarakat Baubau juga miliki olahan makanan yang khas, salah satu yang ingin saya ulas adalah Parende. Sebetulnya, parende adalah sebutan lain dari masakan ikan kuah kuning. Yang menjadi karakteristik parende adalah rasa bumbu alaminya yang kuat yang merupakan kombinasi dari serai, daun salam, daun kemangi, jeruk serta gorengan bawang. Nikmat segar monggoda.

Parende isi seharga Rp.25.000 yang sangat menggoda selera.


Parende paling banyak menggunakan ikan jenis kakap merah. Bumbu dasar parende adalah belimbing wuluh, kunyit, bawang merah, tomat hijau atau merah, bawang putih, jeruk nipis, cabe rawit, serai, daun salam, daun kemangi, dan garam. Langkah mengolahnya dimulai dengan memasak satu setengah liter air hingga mendidih, dan memasukkan ikan kakap merah sekitar 500 gram yang dipotong enam. Masukkan juga serai, daun salam, dan perasan jeruk nipis. Jika ikan sudah matang masukkan tomat, bawang merah, daun kemangi, belimbing wuluh, jeruk nipis, daun bawang, cabai rawit, garam, merica dan gula sesuai selera. 



Ada pula yang memasak parende dengan tambahan bahan air gula asam dan minyak kelapa. Dengan bahan ini, kuah yang ada di dalam wadah masak didiamkan hingga mengering dan bumbunya mengendap di dalam ikan. Karenanya ikan parende juga bisa diolah lagi menjadi ikan goreng. 


Harga per porsi untuk parende adalah Rp.40.000 untuk kepala ikan, dan Rp.25.000 untuk isi ikan. Paling pas dinikmati pada saat parende masih panas, jangan lupa untuk tambahkan jeruk peras dan cabe rawit merah. 


Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Oleh-oleh Cerita Liburan dari Salatiga

Halo semuanya,,,, Bulan Desember ini pasti kalian pada menikmati liburan. Begitu pula denganku, semenjak tanggal 3 bulan ini, kegiatan perkuliahan reguler kampus kami mulai libur. Liburnya cukup lama, hingga sebulan lebih mengingat kami akan aktif berkuliah kembali tanggal 4 Januari 2011 untuk Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011. Ini adalah liburan terlama dalam satu tahun ajaran dan kebetulan bertepatan dengan nuansa Natal.  Di kampus saya (Universitas Kristen Satya Wacana) mayoritas mahasiswanya adalah pendatang dari hampir seluruh penjuru tanah air. Berada dalam linkungan UKSW sendiri serasa di TMII. Kelompok-kelompok mahasiswa sangat diwarnai dengan berbagai latar suku, bahasa, ras, bahasa bahkan agama. Secara tidak langsung kita sudah belajar toleransi kultural di lapangan. Sangat senang berkuliah di sini. Kini memasuki masa libur panjang. Keriuhan UKSW sedikit teredakan, di kampus yang ada hanya pepohonan hijau yang semakin rimbun, para petugas keamanan kampus yang masih ra