Skip to main content

Pacaran, buat apa?

Ilustrasi.
Courtesy of remorsefallacy.blogspot.com.
Pacaran, suatu fenomena hidup manusia yang tak akan pernah sepi dibicarakan. Setiap orang punya motivasi berbeda-beda perihal hubungan yang satu ini. Tak bermaksud sok bijak, kalau saya boleh mendefinisikan tentang pacaran, pada prinsipnya pacaran merupakan proses perkenalan untuk menjalin sebuah hubungan yang serius yang pada akhirnya sebagai jalur untuk dipersatukan sebagai pasangan suami istri. Definisi ini beda-beda tipislah dengan apa yang diajarkan guru Pendidikan Agama Kristen di kelas 3 SMA dulu (mumpung masih ingat dikit). Dulu sekali. 

Waktu terus bergulir, dan anak-anak muda yang ada di bawah pengaruh budaya pop kontemporer cenderung lupa pada prinsip pacaran itu. Saya cuman geleng-geleng kepala memperhatikan gaya pacaran anak-anak muda sekarang (sekali-sekali saya sok tua hehe :D). Terkadang diluar batas, terlalu vulgar dan melabrak norma kesopanan yang sudah mengakar dalam masyarakat. Haduh... anak muda (sekali lagi sok tua hahay).. kamu mestinya banyak mengasah bakatmu, jangan hanya pacaran, sukanya di tempat-tempat gelap lagi. Huah. 

Sepertinya memang ada yang punya bakat dibidang pacar-pacaran. Biasa.. anak muda, semoga tidak termasuk saya (masih sangat muda soalya :hammer). Saya pernah iseng tanya waktu bicara via telfon dengan salah seorang keluarga saya, dia seorang cowok. Saya tanyakan siapa pacarnya dan tinggal dimana. Eh jawabannya malah mutar-mutar dan sangat bias. Setelah mengobrol lama dan saya ngotot untuk cari tahu, dia akhirnya mengaku kalau pacarnya ada empat orang. What?... empat orang sekaligus?. Untuk hal ini saya kalah. Satu lagi.. saya punya teman lama dan sampai sekarang masih sangat akrab dengan saya. Dia seorang cewek. Sebagai teman akrab, saya sering ngobrol dengan dia dan lebih banyak bercerita tentang pacaran. Sudah saya katakan dari awal bahwa pacaran itu takkan pernah ada ujungnya jika dibicarakan. Nah teman saya ini cerita kalau dia punya pacar lebih dari satu. Tebak berapa orang?. Tiga orang sekaligus. Padahal cewek lho. Buset, sekali lagi saya kalah sama teman saya ini. Ada satu lagi cerita dari saya, masih seputar pacaran. Saya juga punya teman yang sangat akrab, seorang cewek. Usianya sudah sangat dewasa, dia lebih tua dari saya. Sampai saat ini dia masih menikmati statusnya yang single, dikarenakan satu hal. Dia telah berkomitmen untuk tidak pacaran hingga dia bisa dipersatukan dengan pria yang dia cintai selama ini. Untuk yang terakhir ini saya katakan hebat. 

Ada banyak macam motivasi seseorang untuk menjalin hubungan spesial dengan lawan jenisnya. Saya tidak berhak untuk menjustifikasi bahwa ini benar dan itu salah. Semuanya menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing yang menjalaninya. Setiap orang bisa memberikan definisi subjektif dan menjalaninya dalam kehidupan nyata. 

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah perlukah difinisi pacaran itu digeneralkan? (Semoga ini tidak terkesan ilmiah). Pertanyaan ini muncul untuk menjawab problematika yang saya singgung di atas perihal gaya pacaran anak muda saat ini. Harapannya adalah agar yang cenderung tidak sopan itu bisa kembali ke jalur yang sebenarnya (semoga saya juga tidak terkesan idealis hehe :D). Saya kira, perlu untuk mengaminkan prinsip pacaran itu, kemudian membuktikannya melalui perbuatan. Simple kan?. Jadi.. sebenarnya pacaran itu untuk apa?




Comments

  1. pacaran perlu didefinisikan karena pacaran adalah sebuah konsep.. dimana sebuah konsep pasti memiliki definisi.. (semoga tidak terlalu ilmiah juga... :p)

    buatku pacaran itu : komitmen,adaptasi dan cinta..

    ReplyDelete
  2. iya bu S2,, jawaban kamu sangat fundamental hihihi,.,
    karena berupa konsep, terkadang orang-orang mendefinisikannya secara bebas, sehingga memicu pangaktualisasian yang bebas juga..,
    pendefinisian secara umum dan dapat diterima publik itu sepertinya perlu ditanam sejak dini pada otak anak-anak muda (orang tua juga),

    trims sudah berkunjung

    ReplyDelete
  3. Pacaran itu dampak dari sinetron yang tidak pernah mendidik, parahnya lagi dikalangan masyarakat luas juga sangat mendukung, liah saja anak-anak kecil yang kalo bermain dengan teman sebayanya, terkadang ada yang iseng ngomong "ceile pacaran ni". gawat

    ReplyDelete
  4. begitulah kawan @Mull,
    pacarannya anak2 jaman sekarang semakin kebablasan.
    btw trims sudah berkunjung

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op