Skip to main content

Mencari Inspirasi

Inspirasi itu seperti siluman, tidak terlihat tetapi dapat dirasakan kehadirannya. Kadang datang dengan sendirinya, kadang tidak ada sama sekali. Sangat abstrak. Saya sebenarnya masih bertanya-tanya ketika menulis catatan ini, karena saya merasakan tidak punya inspirasi sebelumnya untuk menyusun aksara-aksara. Bagi saya, inspirasai itu perlu dicari keberadaannya. Sudah untung kalau inspirasi datang sendiri, itu berkat yang tak ternilai.

Seorang penyair pun mencari inspirasi dengan caranya yang unik, dia mengembara, berjalan dalam alam terbuka ataupun terlibat dalam kerumunan manusia. Seorang pengarang lagu akan menguntai lirik-lirik emasnya berdasarkan inspirasi yang dia rasakan. Betapa berharganya inspirasi itu. Bersyukurlah kita yang masih bisa merasakannya. Tapi, hal yang masih menjadi fenomena ialah inspirasi itu tidak selalu datang dengan sendirinya. Susah juga mencarinya, mungkin lebih susah daripada mencari pasangan jiwa.

Bathroom singing.
Courtesy of Flickr.com
Ada yang pernah menulis di blognya (sayang saya saya lupa linknya), bahwa ada cara sederhana untuk memperoleh inspirasi itu. Tinggal masuk kamar mandi, tutup rapat-rapat pintunya dan rasakan bahwa kamu adalah penguasa tunggal dalam ruangan kecil itu. Ketika menjadi penguasa di dalam, maka kamu bisa melakukan apa saja tanpa diketahui orang lain. Pokoknya apa saja. Pada saat itu banyak ide-ide gila keluar muncul dari otak. Kemudian resapilah ide-ide itu. Katanya hanya sesimpel itu caranya untuk memperoleh sebuah inspirasi.

Ide di atas mungkin juga ada benarnya. Hanya saja, saya sendiri belum mencobanya. Mungkin setelah catatan ini selesai baru saya coba. Saya bilang ada benarnya karena pada saat kita berada dalam kamar mandi dengan tujuan mau mandi, banyak sekali lagu-lagu favorit kita yang muncul dengan sendirinya di kepala. Lalu tanpa diperintah, dengan sendirinya kita menyanyikan lagu itu. Ini mungkin yang dibilang orang sebagai bathroom singing. Beda cerita saat kita sedang memegang alat music, seperti saya ketika memegang gitar di kamar. Pada saat mau memainkan chord lagu, tiba-tiba lagu yang mau dimainkan hilang begitu saja dari otak, sampai-sampai bingung sendiri mau memainkan lagu apa. Ini pengalaman saya sendiri. Mungkin sekali-sekali saya harus coba memainkan gitar di kamar mandi, tapi itu kalau saya tidak waras. Syukur saja saya masih waras sampai sekarang.

Inspirasi itu memang seperti siluman, minimal saya sendiri yang merasakannya. Entah mengapa, akhir-akhir ini saya sangat susah mendapatkannya. Mungkin karena sedang galau, ah tapi saya pikir tidak. Saya tidak sedang galau. Yang jelas saya sedang tidak punya inspirasi untuk dituliskan.

Kalau saya berandai-andai, mungkin saya akan memperoleh sejuta inspirasi jika ada wanita cantik yang mengirimkan pesan ‘I miss you’ kepada saya. Ah, tapi itu hanya berandai-andai. 

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op