Skip to main content

Selamat tinggal indekos lama, selamat datang indekos baru

Menghadapi akhir tahun 2010 untuk memasuki awal tahun 2011, semua orang konsern pada momentum pergantian tahun seraya membuat refleksi dan mempersiapkan hati menyambut tahun baru. Tidak sedikit melengkapi atribut untuk melewatkan malam pergantian tahun. Penjual terompet pada saat-saat seperti ini pasti akan panen, juga penjual petasan dan kembang api.

Menjelang pergantian tahun ini, saya justru 'repot' mengurus acara pindah indekos. Saya tidak lagi tinggal di daerah Kemiri tapi akan di suatu tempat baru. Semoga tempat baru ini dapat membawa nuansa baru juga di dalam tahun baru 2011. Kemarin tanggal 30 Desember 2010, barang-barang saya sudah diangkut ke kamar baru tapi malamnya saya belum menginap di sana. Karena kost lama sudah tidak ada tempat tidur maka saya putuskan menginap di indekos teman.

Indekos Lamaku, saya mulai tinggal di sini tanggal 31 Januari 2009 dan  meninggalkan sepenuhnya tanggal 31 Desember 2010. Berarti saya tinggal di sini selama 1 tahun 11 bulan. Selanjutnya tinggal di indekos baru, sebenarnya boleh dibilang bukan baru lagi karena saya sudah pernah tinggal di indekos itu. Saya kembali ke kamar pondokan yang pertamaa kali saya tinggali di salatiga, tepatnya tanggal 11 Aagustus 2006.
Untuk teman-teman di indekos Kemiri Candi, saya ucapkan selamat berpisah. Semoga kita dapat berjumpa kembali di lain kesempatan, dan pastinya mengucapkan selamat datang untuk indekos baru. Semangat !.


Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op