AFF Suzuki Cup 2010 (mymoen.info) |
Sepanjang babak penyisihan piala AFF, para bintang bola sepak dalam skuad Timnas terus mendapat sanjungan. Itu datang bukan hanya dari suporter fanatik, tapi sampai ibu-ibu yang kurang tau urusan bola sepak pun turut dalam euforia. Nama Irfan Buchin adalah yang paling 'meledak' dalam hal sanjung-sanjungan itu. Bahkan dikabarkan lahir agama Irfan Buchin dari kalangan kaum hawa dan Ifran sendiri sebagai tuhan mereka. Ayak-ayak wae...
Awalnya mungkin dari lakon media. Media dari semua kategori baik massa maupun elektronik, semuanya ramai-ramai mengartiskan para pemain Timnas. Pada prinsipnya sebenarnya tidak ada masalah dengan hal itu, toh layan media adalah menjual berita kepada publik. Kalau beritanya tidak bernilai, ya tidak akan dijual karena nanti tidak laku. Nah, sepanjang bulan Desember ini, nilai jual berita seputar Timnas lagi tinggi-tingginya. Tak pelak, hampir semua pemain timnas disorot media hingga ke ruang-ruang kamar mereka waktu kecil. Masalah awal mula membangun karir di dunia bola sepak, masalah pasangan hidup mereka, masalah spiritual, asal-muasal dan lain-lainnya, semua dikorek-korek oleh media. Tak heran jika publik sedikit tenggelam dalam euforia yang kemudian digembar-gemborkan lagi oleh media.
Dari trend pemberitaan tentang Timnas ini membuat konsentrasi publik tertuju pada Timnas. Kasus penggelapan pajak dan pencucuian uang Gayus Tambunan, skandal IPO KS, Century gate, isu suap MK apalagi Lapindo sedikit banyak terabaikan. Pastilah ada yang senang dengan kondisi ini, siapa lagi kalau bukan orang-orang busuk dibelakang kasus-kasus itu. Toh kalau euforia bola sepak tidak seheboh sekarang ini, mungkin saja ada isu lain yang dipelintir kemudian disorot lagi oleh media dan publiklah yang terhipnotis.
Publik tak lepas dari perbincangan tentang Timnas, hingga rasa bangga pun tercipta. Kita berbangga pada bangsa kita artinya nasionalisme publik (kolektif) kembali terbangun. Atribut negara seperti lambang dan bendera negara banyak yang dibeli. Atribut Timnas apalagi. Sayangnya saat tadi sore saya membaca artikel di internet, diberitakan bahwa suporter timnas di Sadion Bukit Jalil Malaysia menyatakan dukungan mereka pada Timnas melalui bubuhan tanda tangan pada bendera merah putih ukuran besar. Menurutku itu adalah tindakan yang tidak pantas karena merusak martabat atribut negara kita sendiri.
Semua orang berbangga pada Timnas. Mereka dari kalangan selebritis, politisi, teknokrat, pemerintah, PSSI dan pastinya suporter fanatik. Bahkan saking bangganya kita cenderung lupa daratan. Nah, ini dia yang jadi masalah... saya sampai nulis status Facebok begini : "Perlu diakui bahwa masyarakat Indonesia kebanyakan, suporter fanatik, diplomat, politisi hingga pemerintah terlalu membangga-banggakan Timnas sampai takabur diri. Timnas kita masih harus berjuang keras bung !. Sebagai ungkapan nasionalisme itu boleh, tapi jangan sampai lupa daratan". Status itu kutulis sebelum laga final leg pertama dimulai di Bukit Jalil, dan langsung dapat banyak jempol hehehehe. Saya hanya mencoba mengingatkan agar kita tidak terbuai dengan kemenangan sementara Timnas. Nanti malah kita takabur.
Cerita masih berlanjut. Menjelang final, para politisi mengincar Timnas untuk mencari citra. Hmmm,, kemungkinan besar karena saat ini republik ini siap-siap akan menghadapi momentum Pemilu dan saat-saatya konsolidasi partai. Para politisi ini pun kepengen menraktir para pemain Timnas. Bahkan ada yang sempat menraktir. Berhasil juga, kerena media ramai-ramai menyorot acara traktiran itu.
Pada kenyatannya, tim Merah Putih masih kalah prestasi olahraga pada level Asia Tenggara, apalagi level Asia. Tim kita masih kalah jauh dari negara-negara tetangga. Sudah lama kita tidak mengangkat trofi kemenangan, Timnas ini bisa memberi secercah harapan. Biarkanlah Alfred Riedl menangani Tim Garuda, jangan diganggu-ganggu lagi. Biarkan mereka membangun konsentrasi dalam menghadapi final leg kedua.
Timnas Indonesia |
Comments
Post a Comment