Senin 6 Desember 2010, saat itu sudah malam. Di indekost saya (Kemiri Candi) saya diajak teman ke Jogjakarta. "ngapain malam-malam gini?" tanyaku. "Jalan-jalan" jawabnya. Saya tidak terlalu pedulikan ajakan itu, pertimbanganku sudah malam dan memang tidak ada rencana ke Jogja. Bercanda sebentar di kamar temanku ini kemudian saya kembali ke kamarku sendiri, lanjut FBan (menunggu waktu buat makan malam dengan aktititas di Facebook.com). Tak lama setelah itu, temanku yang tadi mengajak siap-siap untuk jalan (siap-siapkan sepeda motor), tiba-tiba temanku yang satu lagi (masih tetangga kamarku) keluar kamar dan mereka diskusi singkat. Sepakat untuk ke Jogja bareng, malam itu juga. Saya dipanas-panasi,,, dan akhirnya saya tidak bisa menolak godaan teman kostku ini. Jadilah saya berangkat ke Jogjakarta malam itu juga bersama mereka.
Sontak saya update status Facebook saya dengan kalimat "sejenak meluncur ke Jogja...", teman saya di Facebook tidak percaya (karena barusan saling komentar status dengan bahasa-bahasa konyol). Tapi tak apalah, toh saya bisa refreshing di Jogja dan mumpung ada kesempatan jalan bersama teman-teman kost. Jarang-jarang ada waktu libur bersama. Juga mumpung besok (7 Desember 2010) adalah hari libur.
Malam itu kami meluncur ke Jogja. Kami Ber-enam. Tiba di Sana (Jogjakarta) tengah malam dan menginap di salah satu tempat penginapan.
Hasil diskusi singkat malam hari sebelum tidur, kami sepakat akan bangun pagi pukul 5:00 WIB dan langsung meluncur ke pantai Parangtritis. Kami semuanya ingin melihat matahari terbit di pantai itu (Sun Rise), sepertinya asyik menikmati matahari terbit di pantai. Sebelum tidur, alarm diaktifkan agar ada yang bangunkan kami semua esok pagi.
Pukul 5:00 WIB, alarm berdering, saya sempat terbangun dan buka mata sebentar tapi tidak menggerakkan badan. Saya melihat mereka semua masih tertidur pulas. Alarm masih bunyi tapi tak ada yang bergerak. "katanya mau berangkat jam 5 pagi?, koq masih pada tidur?", tanyaku dalam hati. "sudah ah, mending tidur kembali aja", pikirku lagi. Kami baru terbangun semuanya pukul 7 pagi. Baru semuanya ngomong dan saling bertanya "koq tadi tidak ada yang bangun?". Cerita demi cerita ternyata semua sama dengan saya. Bangun tapi tidak mau menggerakkan badan. Sialan. Memang pemalas semua !. Ups!, pemalas pada hari itu maksudnya ha ha ha ha...
Kami bersih-bersih diri kemudian bergegas mencari sarapan. Kami akhirnya saparan di sekitar Malioboro. Setelah sarapan baru berangkat ke pantai Parangtritis. Kami sampai di sana sekitar pukul 9 pagi. Sudah mulai panas.
Kerinduan saya akan suara gemuruh ombak akhirnya terobati setelah menginjakkan kaki lagi di pantai Parangtritis. Maklum di Salatiga tidak ada pantai yang membuat mata saya kering akan pemandangan indahnya air lautan. Kalau ke pantai Parangtritis saya sudah lebih dari satu kali. Sudah lumayan familiar bagiku sekarang he he he!.
Menikmati pemandangan air lautan bebas sungguh tak dapat diungkapkan lewat kata-kata. Sangat indah. I love it so much.
Saking menikmati pemandangan laut, saya sengaja duduk di atas pasir memandangi gulungan ombak yang lidahnya kadang mencapai ujung sepatuku. Bosan duduk, saya kemudian tidur telentang di atas pasir yang mulai memanas. Membiarkan badan dihantam sinar matahari. Kembali duduk, kemudian telentang lagi. Yang lain asyik bermain dekat air laut, saya tetap tidak beranjak dari tempatku duduk. Sangat sayang untuk melewatkan pemandangan laut ini.
Hari sudah mulai panas, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota Jogjakarta. Kembali ke tempat menginap semalam. Kemudian jalan-jalan lagi di kota "gudeg".
Setelah makan siang, kami rencana mampir sebentar ke Candi Borobudur tapi tiba-tiba hujan deras. Akhirnya rencana ke Borodubur batal.
Sekarang waktunya kembali ke Kota Salatiga. Kami kembali melalui jalur Ketep.
Di Ketep, mataku dimanjakan lagi dengan pemandangan pegunungan nan indah. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan.
Akhirya kami semua kembali ke Salatiga.
Terima kasih teman-teman untuk perjalanan ini.
Pukul 5:00 WIB, alarm berdering, saya sempat terbangun dan buka mata sebentar tapi tidak menggerakkan badan. Saya melihat mereka semua masih tertidur pulas. Alarm masih bunyi tapi tak ada yang bergerak. "katanya mau berangkat jam 5 pagi?, koq masih pada tidur?", tanyaku dalam hati. "sudah ah, mending tidur kembali aja", pikirku lagi. Kami baru terbangun semuanya pukul 7 pagi. Baru semuanya ngomong dan saling bertanya "koq tadi tidak ada yang bangun?". Cerita demi cerita ternyata semua sama dengan saya. Bangun tapi tidak mau menggerakkan badan. Sialan. Memang pemalas semua !. Ups!, pemalas pada hari itu maksudnya ha ha ha ha...
Kami bersih-bersih diri kemudian bergegas mencari sarapan. Kami akhirnya saparan di sekitar Malioboro. Setelah sarapan baru berangkat ke pantai Parangtritis. Kami sampai di sana sekitar pukul 9 pagi. Sudah mulai panas.
Kerinduan saya akan suara gemuruh ombak akhirnya terobati setelah menginjakkan kaki lagi di pantai Parangtritis. Maklum di Salatiga tidak ada pantai yang membuat mata saya kering akan pemandangan indahnya air lautan. Kalau ke pantai Parangtritis saya sudah lebih dari satu kali. Sudah lumayan familiar bagiku sekarang he he he!.
Pantai Parangtritis dengan latar belakang laut lepas. Courtesy of Cahyo E. P. |
Menikmati pemandangan air lautan bebas sungguh tak dapat diungkapkan lewat kata-kata. Sangat indah. I love it so much.
Saking menikmati pemandangan laut, saya sengaja duduk di atas pasir memandangi gulungan ombak yang lidahnya kadang mencapai ujung sepatuku. Bosan duduk, saya kemudian tidur telentang di atas pasir yang mulai memanas. Membiarkan badan dihantam sinar matahari. Kembali duduk, kemudian telentang lagi. Yang lain asyik bermain dekat air laut, saya tetap tidak beranjak dari tempatku duduk. Sangat sayang untuk melewatkan pemandangan laut ini.
Hari sudah mulai panas, kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota Jogjakarta. Kembali ke tempat menginap semalam. Kemudian jalan-jalan lagi di kota "gudeg".
Setelah makan siang, kami rencana mampir sebentar ke Candi Borobudur tapi tiba-tiba hujan deras. Akhirnya rencana ke Borodubur batal.
Sekarang waktunya kembali ke Kota Salatiga. Kami kembali melalui jalur Ketep.
Di Ketep, mataku dimanjakan lagi dengan pemandangan pegunungan nan indah. Sungguh sempurna ciptaan Tuhan.
Akhirya kami semua kembali ke Salatiga.
Terima kasih teman-teman untuk perjalanan ini.
Comments
Post a Comment