Skip to main content

The Need Of Renewable Fuel

Human is still depending on fossil fuels nowadays. Fossil fuels are still becoming the major source of energy generator for human’s need. Fossil fuels are used to generate the electricity and transportation equipments.

We know that burning fossil fuels will produce particles of CO2 and spread it directly to the air. Those particles accumulate as long as time running, caused green house effect. Until this time, experts report that the concentrate of CO2 on Atmosphere has reached 45 %. That report explains that the rise of CO2 concentrate from 2000 to 2010 is 2 %. That number will be rising if no commitment from human to reduce the CO2 emissions.

Green house effect causes global warmer and warmer. That global warming causes extreme wheatear changes. That impact back to the living beings on Earth.

Those are impact of the fossil fuels since used as major fuels for human need. Using the fossil fuels could rise up countries’ economic but the environment more and more broke.

Hawaii.gov
Fossil fuels aren’t the renewable energy, someday it will collapse. IPB (Bogor Agricultural Institute) lecturer says that in 30 years next, fossil fuels’ source will collapse. So that the energy crisis threat is more and more close to us. It is important that the human begin to think about the other energy sources. Exactly the human shouldn’t only depend on fossil fuels as a major power generator, there are many energy sources surrounding us likes; wind energy, solar energy, biogas energy, heat environment energy and water energy. Present time, using those energy sources is still low, only 22 % in Indonesia.

High consume of fossil fuels make us sure that it will collapse in short future. Indonesia is one example. Past time Indonesia is one of the oil exporter country (Indonesia was a member of OPEC), but since 2005 Indonesia turns down become oil importer country.

Consider the condition above, it is important to begin develop the others energy’s sources except the fossil fuels. It can’t be avoided again. Developing alternative energy should be the global priority. Reduce the CO2 emission should be handled soon. Not be handled partially but need the collective commitment from global community to change the fossil fuel. Multinational institutions like UN, G20, EU or ASEAN should begin to develop renewable energy.

This Earth is ours. Save the Earth should also be done by all of peoples to make it more health. All of us must want to inheritance the health environment to our children. We don’t want they suffer from unhealthy environment because our fault. There are uncounted clean energy sources surrounding us, and still waiting us to explore them. Hopefully, using renewable energy become our commitment perform to make friendly environment. 

Tulisan ini diikutkan dalam MJE Essay Copetition 2010 periode bulan November

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op