Skip to main content

Pesona Pantai Imbo di Poso

Ketika berada di Poso, ada satu pantai yang sayang untuk dilewatkan yakni pantai Imbo. Lokasinya cukup dekat dengan Kota Poso, berkisar 6 Km. Pantai Imbo dapat dijangkau dengan menumpang ojek, biaya Rp.10.000 sekali jalan. Di Poso ada banyak tukang ojek yang dapat mengantar. Dari pantai Imbo kembali ke kota pun dapat diantar tukang ojek biaya juga Rp.10.000. Masuk ke pantai Imbo tidak perlu bayar, gratis. Kebetulan Desember tahun ini saya ada penugasan ke Poso, maka saya manfaatkan waktu luang mengunjugi pantai Imbo.
Pantai Imbo pukul 05.30 WITA

Pesona pantai Imbo cukup dikenal karena konon kadar garamnya yang cukup tinggi yang membuat orang yang masuk kedalamnya akan lebih mudah mengambang. Secara teoritis, kadar garam yang cukup tinggi akan membuat massa jenis air laut juga akan semakin besar. Tingginya massa jenis air laut akan meimbulkan daya tolak yang besar terhadap beban yang ada di permukaannya, dalam hal ini orang yang berenang diatasnya. Pantai Imbo masih jauh dari keramaian pemukiman penduduk sehingga kawasannya masih bersih alami. 

Pantai Imbo ramai dikunjungi warga, tak ketinggalan dari kaum manula. Kaum manula sengaja datang untuk berendam di air laut yang tinggi garam tersebut, mungkin seperti di Laut Mati yang mana ramai dikunjungi wisatawan untuk berendam air tinggi kadar garam agar lebih sehat, peredaran darah lebih lancar.

Pantai Imbo pukul 05.30 WITA




Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Oleh-oleh Cerita Liburan dari Salatiga

Halo semuanya,,,, Bulan Desember ini pasti kalian pada menikmati liburan. Begitu pula denganku, semenjak tanggal 3 bulan ini, kegiatan perkuliahan reguler kampus kami mulai libur. Liburnya cukup lama, hingga sebulan lebih mengingat kami akan aktif berkuliah kembali tanggal 4 Januari 2011 untuk Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011. Ini adalah liburan terlama dalam satu tahun ajaran dan kebetulan bertepatan dengan nuansa Natal.  Di kampus saya (Universitas Kristen Satya Wacana) mayoritas mahasiswanya adalah pendatang dari hampir seluruh penjuru tanah air. Berada dalam linkungan UKSW sendiri serasa di TMII. Kelompok-kelompok mahasiswa sangat diwarnai dengan berbagai latar suku, bahasa, ras, bahasa bahkan agama. Secara tidak langsung kita sudah belajar toleransi kultural di lapangan. Sangat senang berkuliah di sini. Kini memasuki masa libur panjang. Keriuhan UKSW sedikit teredakan, di kampus yang ada hanya pepohonan hijau yang semakin rimbun, para petugas keamanan kampus yang masih ra