Skip to main content

Kembali ke Makassar

Bukan main senang rasanya ketika saya dapat kabar bahwa HRD pusat telah mengirim email pemberitahuan mutasi ke HRD tempat saya melaksanakan On Job Training (OJT) di Surabaya. Pada mutasi kali ini saya akan pindah lokasi OJT dari Surabaya ke Makassar. Horeeeee...
 
Kalau dihitung-hitung lamanya saya tinggal di Kota Surabaya ini sudah lebih dari satu tahun. Lumayan menambah teman, kenalan dan jejaring. Tanggal 28 Februari 2013 nanti menjadi hari terakhir saya di Surabaya. Saya yakin masih ada kesempatan lain yang akan membawa saya ke kota ini. Selama masih ada kesempatan untuk terus mengeksplorasi sudut-sudut Indonesia.
 
Makassar menjadi kota yang punya magnet tersendiri bagi saya. Saya sudah rasakan tinggal di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Kesimpulan praktisnya, saya bosan!. Tidak merasa cocok, apalagi di Jakarta dengan pemandangan macetnya. Jakarta sialan. Semoga Jokowi bisa meruwatnya di sana.
 
Bagaimana dengan Makassar?. Macet juga, banjir juga tapi tidak separah Jakarta atau Surabaya. Arus lalu lintas yang macet di Makassar akan terasa di sekitaran Jl. Perintis Kemerdekaan menjelang Magrib. Pada saat-saat tersebut merupakan saat pulang kerja dan saat kembali ke rumah. Jalanan akan sangat padat dengan kendaraan bermotor.
 
Makassar bukan kota asal saya namun ada hubungan historikal tersendiri dalam hati saya dengan kota Makassar. Berharap suatu saat saya akan menetap di Makassar. Semoga.
 
 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Oleh-oleh Cerita Liburan dari Salatiga

Halo semuanya,,,, Bulan Desember ini pasti kalian pada menikmati liburan. Begitu pula denganku, semenjak tanggal 3 bulan ini, kegiatan perkuliahan reguler kampus kami mulai libur. Liburnya cukup lama, hingga sebulan lebih mengingat kami akan aktif berkuliah kembali tanggal 4 Januari 2011 untuk Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011. Ini adalah liburan terlama dalam satu tahun ajaran dan kebetulan bertepatan dengan nuansa Natal.  Di kampus saya (Universitas Kristen Satya Wacana) mayoritas mahasiswanya adalah pendatang dari hampir seluruh penjuru tanah air. Berada dalam linkungan UKSW sendiri serasa di TMII. Kelompok-kelompok mahasiswa sangat diwarnai dengan berbagai latar suku, bahasa, ras, bahasa bahkan agama. Secara tidak langsung kita sudah belajar toleransi kultural di lapangan. Sangat senang berkuliah di sini. Kini memasuki masa libur panjang. Keriuhan UKSW sedikit teredakan, di kampus yang ada hanya pepohonan hijau yang semakin rimbun, para petugas keamanan kampus yang masih ra