Skip to main content

Memaknai Arti Pentingnya Bermahasiswa Dalam UKSW

Pertama-tama saya ucapkan selamat datang kepada kawan-kawan yang telah memilih UKSW sebagai tempat mengasah ilmu pada ranah pendidikan tinggi. Kampus UKSW sebagai kampus persemaian demokrasi menerima saudara sekalian secara terbuka dan siap membentuk saudara/i menjadi pribadi yang mencirikan creative minority. Kampus hijau dan juga disebut sebagai “Indonesia Mini” ini dapat menjadi wahana pembelajaran yang menyenangkan bagi kawan-kawan. Selamat menjadi mahasiswa dan selamat bermahasiswa dalam Universitas Kristen Satya Wacana.

Sebuah Pengantar
Perguruan Tinggi tidak hanya dipandang sebagai pembentuk para sarjana yang siap terjun kedalam masyakat untuk mendedikasikan ilmunya, akan tetapi merupakan wahana untuk membentuk karakter serta mengasah keilmuan para pelajarnya. Disinilah mahasiswa yang sedang mengembangkan keilmuannya akan menjalani proses dalam kerangka mempertajam serta memperkaya kasanah pengetahuan yang sedang didalami. Dalam lingkup yang lebih besar, mahasiswa merupakan bagian integral dari kawula muda berintelektual tinggi yang siap menyumbangkan pemikiran-pemikiran cerdas dalam rangka pembaharuan/pembangunan dalam tatanan masyarakat, bangsa dan Negara. Pada posisi inilah Perguruan Tinggi memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam membentuk mahasiswanya.

UKSW hadir sebagai bagian dari Perguran Tinggi di Indonesia membentuk mahasiswa yang mencirikan creative minority. Istilah creative minority sendiri terinspirasi dari sebuah buku dengan judul A Study Of History  yang ditulis oleh Arnold J. Toynbee. Didalamnya dikatakan bahwa tumbuh, berkembang dan hancurnya peradapan ini ditentukan oleh sekelompok kecil orang yang mempunyai daya pengaruh luar biasa. Karena pengaruh inilah peradaban itu akan hancur bahkan musnan jika kelompok yang berpengaruh itu pecah. Perpecahan ini dapat menimbulkan konflik yang berakibat hancurnya semua yang dibangun. Kelompok kecil tersebut yang dinamakan “Creative Minority”.

Untuk pencapaian profil lulusan yang mencirikan creative minority segala proses yang ditempuh harus didukung sepenuhnya oleh seluruh elemen Universitas Kristen Satya Wacana. Dalam hal ini mahasiswa UKSW dituntut untuk pro-aktif dalam mendukung proses pendidikan. Tanpa sikap proaktif dari mahasiswa, maka cita-cita serta idealisme luhur UKSW mustahil terwujud. Disinilah akan terlihat jika mahasiswa merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran dalam perguruan tinggi, khususnya dalam kerangka perncapaian VIsi dan Misi UKSW.


Peranan Mendasar Mahasiswa
Mahasiswa yang sedang mengasah ilmu di UKSW dikenal dengan sebutan Keluarga Mahasiswa. kawan-kawan sebagai mahasiswa baru akan secara langsung menjadi anggota keluarga mahasiswa. Seperti yang telah disinggung di atas bahwa keberhasilan proses pendidikan tinggi juga membutuhkan sikap proaktif dari mahasiswa itu sendiri. Pada porsi inilah Keluarga Mahasiswa akan memainkan peranan yang sangat strategis. Proses pendidikan tinggi yang digalang dalam UKSW dititikberatkan pada dua kompetensi dasar yaitu :

  1. Profesional skill  dimaksudkan sebagai kemampuan melaksanakan profesinya dengan berbekal ilmu pengetahuan akademik yang memadai dalam rangka mengaktualisasikan diri dalam masyarakat.
  2. Humanistik Skill dimaksudkan sebagai kemampuan menghadirkan diri secara manusiawi dalam kehidupan bermasyarakat yang turut bertanggung jawab bagi kelangsungan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Dua kompetensi dasar tersebut diatas merupakan pilar pembentukan profil creative minority.  Dapat terlihat bahwa Keluarga Mahasisa UKSW sangatlah berperan penting dalam pencapaian ideal UKSW itu sendiri.

Untuk mengatur tata kelola kehidupan Keluarga Mahasiswa dalam berproses, dalam kerangka menunjang pencapaian Visi dan Misi UKSW maka diperlukan sebuah norma atau aturan pokok. Ketentuan Umum Keluarga Mahasiswa (KUKM) UKSW dihadirkan untuk menjawab tantangan Keluarga Mahasiswa dalam menjalankan fungsinya sebagai bagian integral dari UKSW itu sendiri. Setiap mahasiswa UKSW yang merupakan bagian dari Keluarga Mahasiswa, dituntut untuk memahami secara kenseptual peranan-perananya yang telah tertuang dalam KUKM, sehingga visi dan misi universitas dapat diaktualisasikan melalui perwujudan fungsi dan peran dari mahasiswa.

Makna “bermahasiswa”
Mahasiswa yang merupskan bagian dari Keluarga Mahasiswa melaksanakan fungsi dan perannya dalam sebuah wadah bersama yaitu Lembaga Kemahasiswaan. Proses-proses dalam Lembaga Kemahasiswaan dapat saudara/i dalami dalam makalah yang disampaikan oleh Merly Aclin Nuasizta Klaas berjudul “Lembaga Kemahasiswaan, Dari Oleh dan Untuk Mahasiswa”.

Kembali menyinggung mengenai topik bermahasiswa, ada makna mendasar dibalik kata tersebut. Telah disampaikan diatas bahwa keseluruhan proses dalam lingkup UKSW dimaksudkan untuk membentuk lulusan yang bercirikan creative minority. Creative minority atau minoritas yang berdaya cipta inilah yang akan membedakan mahasiswa yang dibentuk dalam UKSW dengan pihak lain dari luar sana.

Untuk pencapaian profil tersebut maka sepatutnya sorang mahasiswa perlu berproses lebih dalam lingkup Universitas Kristen Satya Wacana. tidak hanya sekedar memiliki identitas sebagai mahasiswa, misal telah memiliki KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) atau telah terdaftar dalam Sistem SIASAT akan tetapi lebih proaktif dalam mengasah talenta, kreatifitas, kemapuan akademik pengembangan bakat minat diskusi-diskusi ilmiah, kompetisi dan lain sebagainya. Hal inilah yang menjadi salah satu fungsi adanya Lembaga Kemahasiswaan dalam kampus UKSW.

Sikap proaktif mahasiswa yang melibatkan diri selain pada aktifitas-aktifitas akademis akan semakin membekali mahasiswa itu sendiri ketika terjun dalam masyarakat. Pada sisi lain, wawasan seorang mahasiswa akan semakin tercerahkan dengan banyaknya pengetahuan-pengatahuan yang diperoleh diluar pengetahuan akademis yang didapatkan dalam ruang kelas perkuliahan. Hal ini dapat terjadi karena “bermahasiswa” merupakan tindakan “keluar” dari batas-batas/sekat program studi maupun fakultas untuk menimbah ilmu. Demikianlah beberapa hal yang menjadi masukan kepada saudara/i sekalian untuk menjadi mahasiswa yang seutuhnya dalam lingkup Universitas Kristen Satya Wacana.

Untuk ruang lingkup yang lebih besar, bermahasiswa merupakan proses memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai kelompok akademisi. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mahasiswa merupakan kaum terpelajar, kelompok intelektual yang siap mengisi proses pembangunan masyarakat. Disisi inilah mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk turut berkontribusi bagi pembangunan sosial kemasyarakatan karena tanpa demikian, mahasiswa hanya menjadi menara gading yang egois tanpa memperdulikan keadaan sosial disekelilingnya.

Belajar dari sejarah perjuangan masyarakat Indonesia untuk terbebas dari belenggu penjajahan, mahasiswa sebagai kaum terpelajar memposisikan diri pada titik yang sangat stategis dan sangat efektif dalam mendorong usaha-usaha kemerdekaan Indonesia. Disini mahasiswa mengoptimalkan kemampuan intelektualitasnya dalam berolah pikir dan menyumbangkannya kepada masyarakat bangsa. Masyarakat dalam jumlah besar mampu digerakkan dengan alur pemikiran yang dicetuskan oleh kaum terpelar, tak lain adalah para mahasiswa.

Dalam proses pengisian pembangunan Negara yang telah merdeka, mahasiswa ditantang untuk turut serta berkontribusi. Bukan hanya sibuk berkutat pada urusan biroktatis akademis semata akan tetapi mampu mengaktualisasikan ilmunya untuk kepentingan masyarakat luas.

Pada topik inilah seorang mahasiswa UKSW ditantang untuk berbuat lebih dari sekedar memiliki KTM sebagai identitas mahasiswa tetapi mampu mengaktualisasikan dirima untuk “bermahasiswa”. Dengan demikian, proses “bermahasiswa” akan berdampak banyak pada diri seorang mahasiswa itu sendiri dan juga pada lingkungan sekitar.


Penutup
Uraian dalam makalah ini belumlah cukup untuk menjabarkan secara gamblang akan keberadaan Keluarga Mahasiswa serta peranannya dalam lingkup  UKSW. Perlu suatu proses untuk mendalaminya secara matang, terlebih lagi untuk mewujudnyatakannya. Kawan-kawan sekalian ditantang untuk turut berkontribusi mendukung pencapaian tujuan universitas serta terlibat langsung dalam Lembaga Kemahasiswaan untuk mewujudnyatakan idealisme UKSW. Lembaga Kemahahasiswaan tanpa dukungan dari mahasiswa akan membuatnya mati fungsi sehingga misi utamanya sebagai wahana pencapaian tujuan universitas dapat terhambat.

Tentunya keterlibatan dalam Lembaga Kemahasiswaan dan “bermahasiswa” membutuhkan komitmen besar serta integritas penuh karena berkaitan dengan tanggung jawab yang diemban. Sebagai mahasiswa haruslah cerdas membagi prioritas baik dalam berkuliah serta mengabdikan ilmu dalam Lembaga Kemahasiswaan dan masyarakat
***
Makalah ini disampaikan dalam kegiatan Orientasi Mahasiswa Baru tahun 2010. Tulisan ini dumuat dalam buku Panduan Mahasiswa Baru angkatan 2010 yang merupakan 'sambutan' bagi mahasiswa baru. Saya menulis dalam kapasitas saya sebagai Ketua Umum BPMU UKSW Periode 2009-2010.

    Comments

    Popular posts from this blog

    Ma' tutu nene'

    Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

    Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

    Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

    Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

    Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op