Skip to main content

Hasil SMSan ria.... [Bersama Ka. Kom B BPMU]

ilustrasi
Temanku SMS, dia bilang “man aku mau tau, apa yang buat seorang Parman Pasanje mau menjadi Ketua Umum BPMU?”, saya jawab dengan simple yang intinya menyebutkan saya pengen belajar berorganisasi. Balasanku mendapat pertanyaan lagi “tak adakah rasa cintamu buat UKSW untuk bisa mencapai edeal-ideal yang sebenarnya adalah harapan pendiri UKSW? hari ini aku tersadar kalo aku di BPMU hanya sebatas berorganisasi”. Pernyataan tersebut sah-sah saja dan logis, bahwa terpilih sebagai pengurus Lembaga Kemahasiswaan (baca : fungsionaris) adalah kesempatan untuk berorganisasi. Menarik untuk dikaji gumamku!



Konsep dasar organisasi adalah kumpulan orang-orang dalam suatu wadah yang memiliki tujuan yang sama. Dalam proses pencapaian tujuan itulah pola-pola aktifitas yang dikerjakan secara bersama untuk mencapai tujuan bersama pula. Personalia yang terlibat dalam organisasi tanpa memahami tujuan sama artinya berjalan tanpa tujuan atau berbuat sesuatu tanpa arti. Lalu untuk apa susah-susah melakukan itu? Untuk apa capek-capek?


Kembali membahas sedikit isi SMS tersebut di atas, dalam konteks Lembaga Kemahasiswaan yang merupakan wahana satu-satunya bagi mahasiswa UKSW serta mewujudkan Visi Misi Unversitas, personalia yang terlibat didalamnya dituntut untuk memahami tujuan lembaga. Seorang fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan tanpa memahami tujuan Lembaga Kemahasiswaan sama artinya dengan menghabiskan tenaga berbuat sesuatu tanpa manfaat.


Memahami ideal-ideal Satya Wacana memang bukan pekerjaan yang mudah. Adalah suatu proses untuk melakukan (baca : memahami) semua itu, karena berangkat dari pembelajaran mengenai dasar universitas yang dapat disingkat SONAS (Souvrenitas, Normativitas, Aktualitas dan Sosiobilitas) yang kemudian diturunkan dalam pemahaman Visi dan Misi Universitas. Dapat dipastikan bahwa media PPMB (Program Penerimaan Mahasiswa Baru) yang digunakan untuk mengenalkan dasar dan tujuan universitas kepada mahasiswa baru belum cukup. Perlu ada media lain untuk menanamkan paham itu.


Lembaga Kemahasiswaan yang dihadirkan ditengah mahasiswa menjadi suatu wahana bagi mahasiswa itu sendiri untuk mewujudkan tujuan perguruan tinggi. Telah jelas tujuan hadirnya lembaga kemahasiswaan ini. Ideal Lembaga Kemahasiswaan inilah yang menjadi ruh perjuangan Lembaga Kemahasiswaan dalam setiap aktifitasnya dan bagian dari unversitas dalam rangka pencapaian tujuannya.


STATUTA UKSW lebih rinci menyebutkan tujuan Lembaga Kemahasiswaan antara lain berperan serta dalam mewujudkan tujuan perguruan tinggi pada umumnya dan Visi Misi universitas pada khususnya; membina persekutuan dan persaudaraan bagi kesejahteraan mahasiswa; mempersiapkan calon-calon pemimpin yang kritis, kreatif, dinamis dedikatif dan terampil; menyalurkan aspirasi positif dan konstruktif serta melakukan pembelaan diri dalam kehidupan bermahasiswa di kampus. Tujuan inilah yang perlu diaktualisasikan oleh pengurus Lembaga Kemahasiswaan dalam menjalankan roda aktifitas Lembaga. Tanpa itu semua misi menjadi “garam” tetapi hambar, misi menjadi “terang” menjadi redup maka sia-sialah semuanya.


Uraian diatas menjadi tantangan tersendiri bagi pengurus Lembaga Kemahasiswaan dalam menjalankan pelayanannya. Tau dan ngerti akan dasar dan tujuan UKSW serta tujuan Lembaga Kemahasiswaan menjadikan roh penggerak bagi setiap personalia dalam ber-LK. Itu semua diaktulisasikan menjadikan LK itu hidup karena ada roh penggeraknya.


Berangkat dari pemahaman tersebut bahwa masuk dalam Lembaga Kemahasiswaan bukan sebatas berorganisasi tetapi mewujudnyatakan/mengaktualisasikan ideal Lembaga Kemahasiswaan itu sendiri. Jika menilik konsep dasar organisasi yang melakukan pola aktifitas, diatur oleh mekanisme struktural orgnisatoris, hirerakis dan blablabla!, maka Lembaga Kemahasiswaan lebih dari itu. Sisi “lebih”nya disini adalah pencapaian ideal-ideal UKSW itu sendiri, artinya bahwa kemampuan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar UKSW yang tertuang dalam dasar serta visi misi UKSW.


Sehingga menjadi fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan tidak sebatas melakukan rutinitas lembaga atau melakukan pekerjaan birokrasi kelembagaan. Belajar berorganisasi dalam Lembaga Kemahasiswaan mengandung makna yang sangat dalam. Jika dikaitkan dengan pemahaman umum tentang organisasi maka berorganisasi dalam konteks Lembaga Kemahasiswaan tidaklah cukup. Lebih dari itu, artinya proses demi proses dilakukan dalam kerangka mengaktualisasikan ideal-ideal Satya Wacana.


mewujudkan cinta buat UKSW untuk mencapai ideal-ideal seperti harapan pendiri UKSW menjadi salah satu bagian perjuangan Lembaga Kemahasiswaan. Tidak hanya oleh Ketua Umum akan tetapi semua orang yang terlibat dalam Lembaga Kemahasiswaan dan mahasiswa UKSW pada umumnya. Seperti temanku bilang melalui pesan singkat. Akan tetapi jika terbatas melakukan urusan birokratik, tunduk pada system hierarkis atau mengerjakan rutinitas adalah konsep beroganisasi yang sempit, maka timbullah preseden buruk tentang Lembaga Kemahasiswaan. Hanya sebatas berorganisasi seperti temanku bilang.

Dikutip dari hasil SMSan ria dengan Ketua Komisi B BPMU (Reima Afluria W.). Periode 2009-2010 saya sempat menjabat sebagai Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa Universitas- UKSW dan pada saat itu juga Reima Afluria W adalah Ketua Komisi B BPMU

Written on Friday, June 11, 2010 at 02:17 AM

Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op