Prangko. Courtesy of Cirebon.olx.co.id |
Saat ini pola komunikasi masyarakat umum telah berubah drastis. Perbedaannya sangat jauh jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun terakhir, apalagi jika dibandingkan dengan kondisi pada era 1980. Kini masyarakat umum dapat bertukar infomasi secara instan (real time). Tak ada waktu lagi untuk menuliskan kata-kata pada lembar surat, membeli amplop surat dan prangko. Belum selesai sampai di situ, surat yang siap dikirim masih harus dibawa ke kantor pos atau dimasukkan ke bis surat. Saat ini teknologi informasi sudah memungkinkan masyarakat untuk berkirim pesan secara langsung melalui phonecell (Short Message Service), email, chatting bahkan Video Call.
Surat lebih bermakna
Namun demikian, pengiriman pesan melalui surat (secara fisik) masih lebih terasa sensasinya ketimbang melalui pesan digital. Nah lho.. Iya kan?. Coba saja jika kamu menulis surat cinta kepada pacar dan sampaikan pesan-pesan cinta untuk dia dalam goresan pena yang cantik, kemudian kirimkan ke dia. Pasti suratnya dibaca dengan seksama (sambil sport jantung) dan akan disimpan sebaik mungkin, ketimbang jika menyampaikan pesan melalui SMS atau FB. Mau bukti?, coba saja.
Penggunaan surat sebagai media pengiriman pesan sepertinya masih akan terus berlangsung hingga beberapa tahun ke depan.
Saya sendiri masih kerap kali mengirimkan/dikirimi surat melalui jasa pengiriman pos. Tapi mengirimkan surat yang pembayarannya memakai prangko baru sekali saya lakukan, sisanya saya kirimkan dengan jasa pengiriman kilat. Pengiriman kilat tersebut tak perlu menggunakan prangko dari pengirim, cukup stempel khusus dari petugas pos.
Kali ini saya berencana mengirimkan surat lagi dengan pembayaran menggunakan prangko. Mau tidak mau saya mesti mengirim pesan melalui surat karena sekaligus saya akan mengirim kartu ATM ke teman saya di Salatiga. Saya sakarang ini berada di Sidoarjo dan tujuan surat saya ke Salatiga. Saya pikir masih dalam satu pulau Jawa dan suratnya tidak urgent, makanya saya pilih pengirimannya dengan pembayaran prangko. Disamping itu, letak kantor Pos dari tempat tinggal saya lumayan jauh yang membuat saya malas mendatangi kantor pos hanya untuk mengirim surat saya tersebut. "cukup masukkan ke bis surat", pikirku. Masalah yang muncul adalah dimana saya bisa mendapatkan prangko tersebut?. Tadi sore saya sempatkan untuk survey kecil-kecilan mencari prangko tapi hasilnya nihil. Biasanya prangko dijual di toko alat-alat tulis. Saya sudah mendatangi tiga tempat penjual alat-alat tulis, malah semuanya tidak ada yang jual prangko.
Wajar saja jika prangko sangat susah didapatkan saat ini. Masyarakat yang membutuhkannya mungkin saja semakin menurun sehingga penjualnya juga semakin sedikit karena lebih memilih mengirimkan pesan elektronik.
Tapi bagaimanapun juga, prangko masih dibutuhkan hingga saat ini untuk mendukung kelancaran surat-menyurat. Saya salah satunya yang masih butuh prangko. Hingga tulisan ini saya buat, saya belum mendapatkan prangko lho... kalau kondisinya sudah seperti ini, mungkin saya harus mengusahakan ke kantor pos untuk mengirimkan surat.
Comments
Post a Comment