Coba googling dengan keyword 'JLS Salatiga' dan lihat hasilnya. Saya coba ini sudah beberapa kali, kira-kira dari dari dua minggu lalu. Sebenarnya sudah dari minggu lalu saya ingin berbagi cerita mengenai JLS itu, tapi selalu saja tertunda. Bahkan nyaris tidak jadi tulisan. Tapi syukurlah hari ini masih bisa terwujud (dalam tulisan), Tuhan ada untuk blogger yang berjuang melawan roh malas menulis.
Bagaimana dengan hasil pencarian mesin google dengan keyword 'JLS Salatiga'?. Saat saya coba, hasil pencarian teratas adalah 'Kasus Korupsi,...'. Memang rasanya sangat tidak enak melihat hasil pencarian google itu. Seyogianya dengan adanya pembangunan infrastruktur fisik yang baru, terlebih di bidang transportasi umum paling tidak yang diberitakan adalah lancarnya mobilitas masyarakat. Itu yang menjadi landasan pikir pihak pengambil kebijakan ketika merencanakan pembangunan JLS kan?. Yang pasti adalah pembangunan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat umum.
Tapi keadaan berkata lain, seperti biasa halnya terjadi di negeri ini bilamana proyek-proyek besar yang didanai uang rakyat (baca: APBN/APBD) kerap diwarnai kasus korupsi. Hal tersebut menjadi penyakit laten yang terjadi di Indonesia, korupsi. Dapat ditilik dari kasus JLS Salatiga ini. Proyek JLS merupakan proyek pembangunan pada aras Pemerintah Daerah yang tidak murah, dana infestasinya mencapai Rp. 42,9 miliar. Jumlah tersebut adalah jumlah yang sangat banyak. Pantas saja diduga terjadi kongkalikong dalam usaha menggolkan sebuah tender. Seperti diberitakan, negara berpotensi dirugikan sebesar Rp. 2.5 miliar dari proyek pembangunan JLS (http://www.komisikepolisianindonesia.com/).
Saat ini, marilah kita percayakan penyelesaian masalah tersebut di atas pada pihak penegak hukum. Siapapun yang diduga terlibat harus diproses sesuai peraturan yang berlaku. Proses penegakan hukum diharapkan tidak tebang pilih, namum dilaksanakan dengan perpedoman pada asas keadilan. Merdeka! he he he.
Dari semuanya itu ada juga kabar baik dari JLS Salatiga. JLS Salatiga kini menjadi tempat alternatif untuk bersantai pada sore hari menjelang matahari terbenam (sunset) dan pada pagi hari dimana kita dapat berbelanja kebutuhan rumah dengan harga murah.
Minggu lalu, saya sering main ke JLS Salatiga. Sore hari sekitar pukul 16:00 WIB sangat ramai di sana, apalagi pada saat sekarang ini (musim kemarau). Banyak masyarakat main layangan di sana, dari anak kecil hingga orang tua. Saya satu kali pernah bersama teman bermain layangan. Menjelang malam hari akan semakin lengkap jika dinikmati sambil menyantap jagung bakar.
Pagi hari, suasana JLS Salatiga akan lebih ramai lagi ketimbang suasana sore hari (sunset). Pagi hari suasana JLS Salatiga diramaikan dengan para penjual kaki lima. Jadilah sisi jalan JLS Salatiga menjadi Pasar Tiban atau 'pasar tiba-tiba'. Penamaan itu bukan tanpa maksud, disebut sebagia Pasar Tiban karena memang timingnya tiba-tiba, tanpa melalui perencanaan pembukaan pasar namun hadir dengan sendrinya di JLS Salatiga.
Bagaimana dengan hasil pencarian mesin google dengan keyword 'JLS Salatiga'?. Saat saya coba, hasil pencarian teratas adalah 'Kasus Korupsi,...'. Memang rasanya sangat tidak enak melihat hasil pencarian google itu. Seyogianya dengan adanya pembangunan infrastruktur fisik yang baru, terlebih di bidang transportasi umum paling tidak yang diberitakan adalah lancarnya mobilitas masyarakat. Itu yang menjadi landasan pikir pihak pengambil kebijakan ketika merencanakan pembangunan JLS kan?. Yang pasti adalah pembangunan yang dilaksanakan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat umum.
Tapi keadaan berkata lain, seperti biasa halnya terjadi di negeri ini bilamana proyek-proyek besar yang didanai uang rakyat (baca: APBN/APBD) kerap diwarnai kasus korupsi. Hal tersebut menjadi penyakit laten yang terjadi di Indonesia, korupsi. Dapat ditilik dari kasus JLS Salatiga ini. Proyek JLS merupakan proyek pembangunan pada aras Pemerintah Daerah yang tidak murah, dana infestasinya mencapai Rp. 42,9 miliar. Jumlah tersebut adalah jumlah yang sangat banyak. Pantas saja diduga terjadi kongkalikong dalam usaha menggolkan sebuah tender. Seperti diberitakan, negara berpotensi dirugikan sebesar Rp. 2.5 miliar dari proyek pembangunan JLS (http://www.komisikepolisianindonesia.com/).
Saat ini, marilah kita percayakan penyelesaian masalah tersebut di atas pada pihak penegak hukum. Siapapun yang diduga terlibat harus diproses sesuai peraturan yang berlaku. Proses penegakan hukum diharapkan tidak tebang pilih, namum dilaksanakan dengan perpedoman pada asas keadilan. Merdeka! he he he.
Dari semuanya itu ada juga kabar baik dari JLS Salatiga. JLS Salatiga kini menjadi tempat alternatif untuk bersantai pada sore hari menjelang matahari terbenam (sunset) dan pada pagi hari dimana kita dapat berbelanja kebutuhan rumah dengan harga murah.
Minggu lalu, saya sering main ke JLS Salatiga. Sore hari sekitar pukul 16:00 WIB sangat ramai di sana, apalagi pada saat sekarang ini (musim kemarau). Banyak masyarakat main layangan di sana, dari anak kecil hingga orang tua. Saya satu kali pernah bersama teman bermain layangan. Menjelang malam hari akan semakin lengkap jika dinikmati sambil menyantap jagung bakar.
Pagi hari, suasana JLS Salatiga akan lebih ramai lagi ketimbang suasana sore hari (sunset). Pagi hari suasana JLS Salatiga diramaikan dengan para penjual kaki lima. Jadilah sisi jalan JLS Salatiga menjadi Pasar Tiban atau 'pasar tiba-tiba'. Penamaan itu bukan tanpa maksud, disebut sebagia Pasar Tiban karena memang timingnya tiba-tiba, tanpa melalui perencanaan pembukaan pasar namun hadir dengan sendrinya di JLS Salatiga.
Comments
Post a Comment