Skip to main content

Pantai Nirwana Baubau yang syahdu

Sebelumnya saya pernah mengulas sepintas terkait menu wajib kuliner di kota Baubau yakni parende. Kali ini saya akan mengulas salah satu pantai tempat berenang santai yakni pantai Nirwana.

Akses menuju pantai  Nirwana dari kita baubau cukup mudah, cukup menyusuri jalur ke arah bandara, jalan lurus meliwati badara Betoambari. Sekira 10 menit dari bandara, kita akan sampai di lokasi pantai Nirwana. Pada saat saya ke lokasi pantai nirwana, saya berangkat dari depan Lippo Plaza Buton, estomasi waktu perjalanan dengan mobil yaitu 25 menit dengan jarak 21Km. Kami menumpang taksi dengan total argo sampai ke tujuan yakni Rp.63.000. Transportasi lain yang bisa digunakan yakni ojek dengan tarif Rp.50.000 nego.

Pantai Nirwana terletak di Jalan Dayanu Ikhsanuddin, Sulaa, Kec. Betoambari, Baubau. Pasirnya halus dan bersih, lautnya yang landai sehingga bisa menikmati berenang agak jauh ke laut tanpa takut tenggelam, tentunya harus hati-hati. Desiran ombak lautnya cukup lembut. Sangat cocok dijadikan tempat untuk bersantai. Saya saya dan kawan mengunjungi pantai ini di pagi hari, sehingga suasana masih sangat tenang tanpa ada pengunjung lainnya. Berikut foto-foto yang sempat saya abadikan.

Pantai Nirwana, foto saya ambil pagi hari sekitar pukul 06.30 Wita.


Foto saya ambil di belakang fila Nirwana Buton Villa


Comments

Popular posts from this blog

Ma' tutu nene'

Budaya orang Indonesia menekankan kepada setiap generasi agar mengetahui garis keturunannya hingga beberapa generasi ke belakang. Orang-orang tua akan menurunkan silsilah keluarga itu kepada anak-anaknya secara lisan. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat kekeluargaan masyarakat Indonesia sangat erat, dan menjadi ciri tersendiri dalam tatanan masyarakat global.  Warisan budaya lokal kita sebagai masyarakat Indonesia sangatlah kaya. Ditambah dengan kearifan lokal yang terbentuk dalam pergaulan masyarakat sehari-hari semakin membuat kita bangga sebagai masyarakat Indonesia.  Tantangan bagi generasi muda untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan oleh para pendahulu. Warisan budaya menjadi hal esensial untuk tetap kita jaga. Siapapun kita, baik birokrat ataupun sebagai penghulu adat.  Saya sendiri yang tumbuh dan berkembang dalam budaya Toraja sangat ditekankan untuk mengerti akan nilai-nilai budaya Toraja. Itu bukan menjadi pelajaran formal di sekolah tetapi se

Bangunan makam yang unik dari masyarakat Toraja

Halo semuanya, ini adalah tulisan ketiga yang saya kelompokkan ke dalam tulisan tentang budaya lokal, terkhusus mengenai masyarakat Toraja yang tinggal di wilayah Sulawesi Selatan. Kali ini saya akan menulis kebiasaan masayarakat Toraja yang membangun makam bagi keluarga. Ini mungkin janggal kedengaran bagi sahabat blogger bahwa sebagian kecil/besar masyarakat Toraja membangun makan keluarga. Makam seperti ini secara umum di kenal dalam kalangan masayarakat Toraja dengan sebutan  ' patane ' atau ' patani '. Bangunan ' patane ' banyak variasinya, tapi secara umum desain dindingnya berupa bujursangkar atau persegi panjang. Bagian yang banyak divariasi adalah bagian atap. Salah satu 'patane' di daerah Kec. Bastem, Kabupaten Luwu. Courtesy of Joel Pasande 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 'patane' di daerah gunung Singki', Toraja Utara. Courtesy of Aswan Pasande. 

Menyusuri jalan Trans Sulawesi dari Poso ke Palu

Perjalanan darat yang cukup lama saya lalui selama ini di pulau Sulawesi adalah jalur Makassar – Palopo atau sebaliknya yang menghabiskan waktu lebih dari 8 jam perjalanan. Waktu tersebut bisa menjadi sangat lama, atau bisa menjadi menyenangkan dengan sambil menikmati pemandangan selama perjalanan, tergantung bagaimana menikmati perjalanan tersebut.   Tanggal 26 Maret 2018 lalu saya berkesempatan menyusuri jalur darat yakni jalan Trans Sulawesi dari Kabupaten Poso ke Kota Palu. Kebetulan juga saya ada perjalanan dinas bersama beberapa rekan, dan atasan kami mengajak untuk melewati jalur darat. Saya menganggap jalur darat Poso-Palu ini cukup ringan, karena saya sejak kecil sudah terbiasa dengan jalur darat yang menantang, entah itu dari Palopo ke kampung saya, atau dari Palopo ke Toraja. Dalam benak saya, pengalaman jalur darat saya sudah banyak. Namun, dari informasi teman-teman di Poso jalur Trans Sulawesi dari Poso ke Palu rawan longsor, dan sering buka-tutup jalur. Pada saat Op