Tanggal 15 November 2012 kami terbang di atas langit Kalimantan. Sesekali pesawat Boeing
737-300 ER dari maskapai Lion Air yang saya tumpangi ke Palangkaraya
mengalami guncangan ringan ketika menerjang gumpalan awan di langit
pulau Kalimantan. Pesawat itulah yang menerbangkan saya dari Bandar
Udara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur. Terbang di atas langit Kalimantan
membuat saya gugup, tidak tenang di dalam kabin. Guncangan itu
semakin sering terasa, apalagi ketika mulai melakukan persiapan
pendaratan di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya. Dari atas terlihat
hamparan hutan tropis dan sesekali terlihat titik-titik coklat di
bawah sana yang tak lain adalah bekas penebangan/pembakaran pohon.
Tak terasa akhirnya saya
benar-benar akan menjejakkan kaki di tanah Kalimantan. Sudah lama
saya impikan dan sesumbar berkata bahwa suatu saat ingin menginjakkan
kaki di pulau terbesar Indonesia ini. Entah apa yang membuat saya
tertarik dengan pulau Kalimantan.
Saya masih berada dalam
kabin pesawat, tapi pikiran saya sudah menjelajah di bawah sana,
berjumpa dengan orang-orang Kalimantan. Halo!. Sambil melamun,
tiba-tiba pesawat berguncang lagi karna menabrak gumpalan awan putih.
Pikiran saya berkecamuk, bagaimana nasib saya jika pesawat ini
tiba-tiba mengalami…… ah sudahlah.
Sekitar pukul 11:10 WIB
pesawat yang saya tumpangi mendarat dengan sangat tidak mulus di
landasan pacu. Inilah Bandara Tjilik Riwut. Jiwa saya tadi yang
semula ke mana-mana akhirnya menyatu juga dalam dada, puji Tuhan,
kami mendarat dengan selamat. Ini adalah sejarah bagi diri saya
sendiri, pertama kalinya dalam hidup saya menginjakkan diri di pulau
terbesar Indonesia, pulau yang menjadi penyokong paru-paru dunia. Apa
iya?.
Sesaat setelah mendarat |
Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya |
Bangunan bandara Tjilik
Riwut kecil. Setelah turun dari pesawat, saya mengikuti rombongan
penumpang memasuki bangunan bandara dan langsung ke tempat claim
bagasi. Tempat claim bagasi itu sangat sempit, di sana para penumpang
saling berdesakan menunggu barang bawaan masing-masing, sangat ramai,
padat, tidak teratur, tidak tertib. Haduh,,,,, ditambah lagi dengan
porter bandara yang berebutan barang bawaan clientnya. Sangat tidak
enak.
Nah, saya telah dua malam
tinggal di Palangkaraya. Ada yang special yang saya dapatkan?.
Hmmmmmm…. Point pertama, temperature di kota ini sangat tinggi,
melebihi kota Surabaya yang rata-rata suhunya 30⁰ C.
Tadi pagi, saya sempatkan
jalan-jalan (sendiri) di sekitaran Jl. Yos Sudarso ke `rah Bundaran
Palangkaraya. Pukul 05:30 Wib jalanan masih sepi pengguna. Saya
dengan leluasa menyusuri trotoar yang sepi dan lebar sampai ke
Bundaran Palangkaraya. Penasaran ingin melihat icon pusat kota
Palangkaraya dan masih penasaran dengan jargon motto Ibu kota
Kalimantan Tengah ini. Saya masih ingat, semalam saya berdebat dengan
teman sekamar, mengenai motto Kota Palangkaraya. Saya keukeuh bilang,
motto Kota Palangkaraya adalah “Bumi Tanjung Bungai” tapi mereka
ngotot kalau motto Kota Palangkaraya adalah “Palangkaraya Kota
Cantik”. Sudahlah, bodo amat, hari ini juga saya akan liat sambil
jalan kaki. Tulisan “Bumi Tanjung Bungai” pertama kali saya baca
di baliho ketika keluar dari Bandara Tjilik Riwut, di baliho itu
juga terpampang foto Agustin Teras Narang, narsis hehehehe.
Ternyata ketika saya
‘cek’ di sekitar daerah Bundaran Palangkaraya, motto Kota
Palangkaraya yang benar adalah “Palangkaraya Kota Cantik”, sesuai
dengan yang teman saya bilang. Tapi menurut saya sebagai pendatang
baru, motto itu belum dijiwai. Motto bisa cantik tapi di Sekitaran
Bundaran Palangkaraya itu terlihat tidak bersih, di Jalan Yos Sudarso
juga terlihat tidak cantik, banyak sampah.
Bawah Sungai Kahayan, Palangkaraya |
Tadi sore, saya bersama
teman jalan-jalan ke JB (Jembatan Bawah/bawah jembatan Kahayan).
Aduhh di JB itu sangat tidak nyaman, kotor dan bau. Padahal info
tentang tempat nongkrong di JB itu saya peroleh di
internet/www.palangkarayatourisme.com, situs milik pemda yang
berisikan lokasi-lokasi wisata di kota Palangkaraya. Kalau kondisi JB
seperti itu, menurut saya belum layak dipromosikan sebagai salah satu
destinasi rekreasi.
Udara di kota ini masih
segar, maklum, dikelilingi hutan tropis. Hal ini perlu dipertahankan
oleh seluruh elemen masyarakat Kalimantan Tengah agar tetap menghirup
udara bersih.
Palangkaraya, 18 November
2012.
Comments
Post a Comment