Dua hari yang lalu saya berkicau
di twitter begini, “saya punya hobby yang baru, naik ke atas genteng”. Itu
bukan asal kicauan, tapi itu serius. Akhir-akhir ini saya sering naik ke atas
genteng. Terakhir kali saya naik tadi
siang karena menerima telfon dari pacar. Menerima telefon di atas genteng
supaya aman dari gangguan orang lain.
Mencari inspirasi dalam
lingkungan baru rasanya gampang-gampang susah, tidak ada yang instan menurut
saya. Saat pertama kali tiba sepertinya semuanya asing, teman, lingkungan,
masyarakat sekitar, budaya dan interaksi sosialnya. Bukan saat ini saja saya
berpindah domisili bahkan sudah berkali-kali. Rasa-rasanya saya jadi manusia
asing dalam kebiasaan nomaden saya. Dari Rantepao (Sulsel) ke Salatiga (Jawa Tengah), ke
Sidoarjo (Jawa Timur) dan terakhir ke
Tangerang (Banten). Mungkin saja beberapa bulan ke depan saya akan berada di
tempat lain lagi. Maka dari itu saya belajar bahwa hidup ini akan bermakna jika
kita menikmati dinamikanya. Tak ada kata statis dalam hidup, tak ada kata
berhenti belajar, tak ada kata berhenti berproses.
Sebelumnya saya mau cerita
sedikit. Saat ini saya tinggal di daerah Curug, Tangerang – Banten. Sebenarnya
sudah beberapa minggu saya tiba di sini (Curug), tepatnya tanggal 2 Maret 2012
yang lalu. Saya berdomisili di Tangerang dalam rangka mengikuti sebuah program
pelatihan dari salah satu perusahaan swasta skala nasional tempat saya bekerja
sekarang. Saya tak bisa menghindari hal
ini karena merupakan program dari management.
Tangerang adalah bagian dari
kawasan Jabodetabek yang tak lepas dari image kesibukan ekonominya. Terjadi
interaksi social ekonomi yang sangat tinggi setap detiknya sehingga kawasan ini
tak akan pernah berhenti dari kesibukannya. Kalau bicara soal Jabodetabek, dalam
bayangan saya langsung terbersit kota megapolitan Jakarta dengan wajah seramnya
yang seolah-olah mau menerkam saya. Mungkin saja saya harus berusaha untuk
membangkitkan rasa cinta dalam hati saya dengan kondisi Megapolitan seperti
ini.
Orang gila. :) |
Semalam saya juga sempat naik ke
atas genteng bersama seorang teman, Tutur Sinaga (baca: butet). Dia mengajak
saya untuk melihat bulan sabit dan bintang di arah barat laut. Bulan tak pernah
berhenti berotasi mengelilingi bumi, bumi tak pernah berhenti berotasi pada porosnya
dan berotasi mengelilingi matahari dan seterusnya. Hal itu semua menciptakan
dinamisasi kosmik yang akhirnya memberi kehidupan kepada bumi tempat kita hidup
saat ini. Hidup ini sekali lagi dinamis. Oyah, ngomong-ngomong itu semua adalah
inspirasi dari atas genteng.
Ketika hidup di kota besar suatu saat akan terjebak dan hilang arah, salah satu solusinya adalah naiklah ke atas genteng dan amati lingkungan sekitar. Paling tidak dapat mengetahui arah mata angin karena bisa menikmati matahari terbit atau matahari terbenam.
Ketika hidup di kota besar suatu saat akan terjebak dan hilang arah, salah satu solusinya adalah naiklah ke atas genteng dan amati lingkungan sekitar. Paling tidak dapat mengetahui arah mata angin karena bisa menikmati matahari terbit atau matahari terbenam.
Tangerang, 28 Januari 2012.
Comments
Post a Comment